SUATU sore di Desa Jaya Bakti, Banggai, Sulawesi Tengah. Puluhan anak-anak suku Bajo sedang bermain bola dengan riang di hamparan pasir. Di sudut desa yang dikelilingi karang mati itu, sejumlah pemuda yang bertelanjang dada tengah asyik menghitung-hitung angka tebakan judi kupon putih. Semilir angin mengembuskan aroma ikan asin yang banyak dijemur di atap-atap rumah. Sejenak kemudian, tiba-tiba terdengar pula alunan pantun. Datangnya dari mulut seorang pemuda yang semula ikut mengerumui kupon putih, jenis judi yang kini merebak di Kabupaten Banggai. "Ikan balanak terbang ke depan, ditangkap bubu kepala terlipat. Kalaulah Ratna sedikit mengangkat kepala, sungguhlah aku pasti terpikat," ujar pemuda berbadan tegap itu diiringi deraian tawa teman-temannya. Ratna, 18 tahun, gadis yang dirayu sang pemuda, tak menjawabnya. Si jelita hanya tersenyum sejenak. Gadis berambut hitam mengkilat dan berkulit putih itu tetap saja menekuni pekerjaannya, mengemasi ikan-ikan asin yang telah kering. Berkulit putih? Benar. Dari seribu lebih warga Kampung Jaya Bakti, memang terdapat sekitar 80 warga suku Bajo yang berkulit putih, mirip kaum Cina. Seperti suku Bajo umumnya, mereka hidup dengan mencari ikan di laut. Gadis-gadisnya, yang tampak cantik-cantik, bertugas mengurusi ikan asin.
Kecantikan gadis-gasis Bajo berkulit putih ini diakui pula oleh Yus Mangun, salah seorang anggota DPRD Sulawesi Tengah yang pernah bertandang ke desa itu. Sebelum pergi ke sana, dia sempat diingatkan agar tidak kecantol gadis-gadis di sana. Ternyata benar. "Hampir saja saya lupa diri melihat kecantikan mereka," kata Yus berterus terang. Dari mana datangnya orang Bajo berkulit putih? Sesuai dengan legenda yang dipercayai orang Bajo, dulu mereka merupakan keturunan putri Kerajaan Malaka yang terdampar di daerah itu. Sang putri melarikan diri dengan menggunakan perahu karena akan dikawini saudaranya sendiri. Versi lain, putri Malaka ini sebenarnya tidak terdampar di Desa Jaya Bakti, tapi di daerah Bajoe. Ada juga orang yang percaya, suku Bajo berkulit putih berasal dari Filipina karena warna kulit mereka mirip dengan kulit bangsa negeri tetangga itu. Tak cuma mengurusi ikan asin, gadis-gadis Bajo berkulit putih kerap pergi ke pasar menjual ikan hasil tangkapan. Terkadang pula mereka ikut memancing. Kendati sering terbakar matahari, kulit mereka tetap saja putih, tak seperti orang Bajo umumnya, yang berkulit sawo matang. Jika mereka tak bersekolah lagi, waktunya akan dihabiskan untuk membantu orang tua. Umumnya remaja Bajo hanya mengikuti pendidikan sampai sekolah dasar atau maksimal sekolah menengah pertama. Di saat senggang, remaja Bajo sering berkumpul di rumah yang ada televisinya. Biasanya rumah yang berantena parabola ramai dipadati anak-anak dan remaja. Ini pula yang terjadi pada suatu malam di rumah Nasir, orang Bajo yang cukup kaya. Sejumlah remaja tampak tertawa cekikikan menyaksikan acara musik dari sebuah stasiun televisi di Jakarta yang menampilkan aksi wanita-wanita cantik berjoget. "Kalau di Jakarta, Ratna yang biasa menjemur ikan asin tentu bisa seperti mereka," celetuk seorang pemuda. Seperti saat digoda pemuda lewat pantun, kali ini pun Ratna cuma memamerkan senyumnya.
1 komentar:
Mana foto yang laen ??
Foto* bajo jayabakti yang cantik.
Posting Komentar